Kebocoran Terkuak, Kualitas Proyek Perpustakaan Padang Disorot Publik

 

Sejumlah titik bocor, plafon rusak, dinding mengelupas, hingga lantai menguning akibat lembap semua muncul tidak lama setelah proyek dinyatakan rampung.

Padang, Editor — Harapan menghadirkan gedung Perpustakaan Umum Daerah Kota Padang sebagai ikon literasi baru Sumatera Barat berubah menjadi kekecewaan. Bangunan megah senilai Rp10 miliar itu justru menunjukkan cacat konstruksi sejak awal digunakan. Sejumlah titik bocor, plafon rusak, dinding mengelupas, hingga lantai menguning akibat lembap semua muncul tidak lama setelah proyek dinyatakan rampung.

Padahal desain awalnya menjanjikan  ruang baca modern, area anak, fasilitas disabilitas, ruang diskusi, hingga studio edukasi. Namun hujan pertama pada awal musim penghujan langsung membongkar kualitas pekerjaan yang diduga jauh dari standar.


Dinas Perpustakaan  Masih Masa Pemeliharaan

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang, dr. Feri Mulyani Hamid, M.Biomed, akhirnya buka suara setelah sebelumnya sulit dihubungi.

Ia menegaskan bahwa gedung tersebut masih berada dalam masa pemeliharaan selama 3 tahun. Selain itu, ia menyebut ada tiga paket pengadaan tambahan rak buku, AC, serta kursi dan meja pejabat yang seluruhnya bersumber dari katalog, bukan tender.


Feri Mulyani dengan tegas saat ditemui di ruang kerjanya, didampingi Sekretaris Syafriadi dan Kasubag TU Izharul Imad.
Selasa  (25/11/2025)



“Semua datanya ada di LPS dan Sirup, bisa diakses publik,” ujar Feri Mulyani dengan tegas saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (25/11/2025), didampingi Sekretaris Syafriadi dan Kasubag TU Izharul Imad.

PPK PUPR: Masalah Diduga pada Waterproofing

PPK pembangunan gedung, Nico Lesmana, ST., MT, mengamini adanya kerusakan sejak hujan mengguyur Padang beberapa hari terakhir. Ia menyebut dugaan kuat kerusakan berasal dari pekerjaan waterproofing polyurethane Fosroc dari pihak rekanan, yang masih berada dalam masa garansi dua tahun.

“Rekanan sudah turun ke lapangan. Perbaikan sedang berjalan, tapi hasil maksimal tentu menunggu cuaca panas,” jelasnya.

Anggaran Besar, Kualitas Dipertanyakan

Munculnya kerusakan pada gedung baru ini memantik pertanyaan publik. Masalah teknis dianggap hanya permukaan dari persoalan yang lebih besar: mutu pekerjaan, pengawasan proyek, dan transparansi anggaran.

Beberapa hal yang kini menjadi sorotan masyarakat

Apakah pengawasan benar-benar dilakukan secara ketat ?

Mengapa kerusakan muncul dengan cepat pada bangunan bernilai miliaran rupiah?

Bagaimana tanggung jawab rekanan dan dinas terkait ?

Alih-alih menjadi simbol kemajuan literasi, gedung perpustakaan baru itu justru masuk daftar bangunan bermasalah.

Masyarakat kini menunggu langkah tegas Pemko Padang, bukan hanya janji perbaikan. Gedung yang dibangun dari uang rakyat semestinya memberi manfaat jangka panjang, bukan menyisakan jejak bocor dan tanda tanya.


 **  Afridon


Posting Komentar

0 Komentar