![]() |
Setelah sekian lama berkegiatan tanpa gedung permanen yang representatif, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Bara |
Padang, Editor — Setelah sekian lama berkegiatan tanpa gedung permanen yang representatif, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Barat akhirnya memulai pembangunan gedung baru yang akan menjadi kantor pusat mereka. Pembangunan ini secara resmi dimulai dengan prosesi peletakan batu pertama di kawasan strategis Masjid Raya Sumbar, Jl. Khatib Sulaiman, Padang. Rabu 8 Juli 2025 Pukul 14.00 Wib
Proyek pembangunan gedung MUI Sumbar yang menelan anggaran sebesar Rp 20.3 miliar ini bersumber dari APBD Provinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2025 dan akan dikerjakan selama 210 hari kalender oleh PT NHK Jaya Mandiri.
PPTK proyek, Novi ASN Dinas Bina Marga, Cipta Karya, dan Tata Ruang Provinsi Sumbar—menegaskan bahwa proyek ini dikerjakan secara profesional dan terbuka terhadap kontrol sosial. “Kita terbuka untuk publik, asal konfirmasi dilakukan kepada pihak yang berwenang dan dengan etika yang baik,” ujar Novi tegas kepada awak media, Selasa, 8 Juli 2025. Novi yang berasal Putra dari Sungai Limau, Padang Pariaman, sebelumnya pernah bertugas di Kota Sawahlunto.
Ia juga meluruskan isu yang beredar bahwa proyek ini dibekingi aparat kepolisian sehingga membuat LSM dan jurnalis takut melakukan konfirmasi. “Perlu saya luruskan, proyek ini bukan dibekingi oleh Polda. Itu tidak benar,” tegasnya.
Novi menjelaskan bahwa hingga awal Juli ini, pekerjaan pondasi telah mencapai progres sekitar 8 persen. “Ini termasuk cepat, dan kami optimis seluruh pembangunan akan selesai tepat waktu, yakni pada 15 Desember 2025,” jelasnya.
PT NHK Jaya Mandiri, selaku pelaksana proyek, dikenal berpengalaman dalam pembangunan institusi pemerintah seperti Polres Pasaman, Polres Mentawai, dan pembangunan pagar Markas Polda. Novi juga menambahkan bahwa mereka memiliki tenaga ahli lokal, Zulhendri Kawe, putra daerah asal Agam dan lulusan Teknik Universitas Bung Hatta, yang memimpin pekerjaan teknis di lapangan.
“Kami sangat menghargai peran kontrol sosial dari masyarakat, LSM, dan media. Silakan datang, asal sopan dan satu pintu, agar komunikasi bisa berjalan efektif,” ujar Novi.
Gedung baru ini akan memiliki luas bangunan sekitar 1.800 meter persegi dan terdiri atas enam lantai:
Lantai 1: Lobi utama
Lantai 2: Ruang LPPOM (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika)
Lantai 3: Ruang Pimpinan MUI
Lantai 4: Ruang Ketua Bidang dan Komisi
Lantai 5: Aula Utama
Keberadaan gedung ini diharapkan menjadi pusat aktivitas keulamaan strategis, termasuk pengawasan halal, penerbitan fatwa, mediasi keagamaan, serta edukasi dan dakwah berbasis kolaborasi. Selain itu, letaknya yang berdampingan dengan Gedung Bundo Kanduang dan LKAAM mengandung nilai simbolik penting dalam memperkuat sinergi antara ulama, adat, dan pemerintah dalam membangun masyarakat religius di Sumatera Barat.
Dengan proyek ini, MUI Sumbar selangkah lebih maju dalam memperkuat peran institusionalnya dalam kehidupan keagamaan masyarakat Minangkabau.
**Afridon
0 Komentar