ladies paling cantik," begitu sebutan akrab mereka. Mereka datang dari berbagai tempat, seperti Koto Lalang dan Bandar Buek, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang |
Padang Pariaman ,Editor – Di sudut Batang Anai, padang pariaman Sumatera Barat tepatnya di Kafe Warles, suasana dini hari Selasa, 19 November 2024, pukul 01,40 wib begitu berbeda. Hujan baru saja reda, menyisakan udara dingin dan aroma tanah basah yang menyelimuti kawasan itu. Lagu sendu mengalun dari pengeras suara, seolah menjadi teman setia di tengah sepinya malam.
Rini, seorang pelanggan setia, bersandar di kursi kayu sambil sesekali memandang meja di depannya yang kosong. Di sekelilingnya, hanya ada beberapa orang yang masih betah bertahan di kafe. Para pengunjung malam ini mayoritas adalah "ladies paling cantik," begitu sebutan akrab mereka. Mereka datang dari berbagai tempat, seperti Kota Lalang dan Bandar Buek, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang.
Namun, malam ini rasa lapar mengusik suasana hangat yang biasanya mereka nikmati. "Kantin Da Bujang udah mau tutup," ujar Rini sambil menghela napas panjang. Mie instan hangat yang biasa jadi andalan tak lagi tersedia karena jam operasional kantin sudah hampir berakhir.
Di tengah dinginnya malam, para pelanggan mulai berdiskusi mencari alternatif. Tapi sayang, kantin lain letaknya jauh dari Kafe Warles. Malam yang sepi, dingin, dan kelaparan akhirnya menyatukan mereka dalam obrolan santai yang lebih akrab.
Sepi Setelah Hujan
Kafe Warles memang punya daya tarik tersendiri, terutama dengan iringan lagu sendu yang menenangkan hati. Namun, hujan yang turun sebelumnya membuat suasana kafe malam itu lengang dari biasanya. Para pengunjung mengaku suasana ini punya sisi lain yang mereka nikmati.
"Kadang-kadang enak juga sih, sepi begini. Kita bisa ngobrol lebih santai," kata Johan salah satu pelanggan yang akrab dengan tempat itu. Dengan secangkir kopi hangat di tangan, ia tampak menikmati setiap detik obrolan bersama yang lain.
Kantin yang Jadi Andalan
Kantin Da Bujang sebenarnya adalah penyelamat malam bagi banyak pelanggan di Kafe Warles. Mie instan sederhana dengan tambahan telur dan kerupuk sering menjadi menu favorit. Namun, malam ini ketergantungan pada kantin tersebut justru menciptakan cerita tersendiri.
"Mie-nya sederhana, tapi pas banget sama suasana malam begini. Sayangnya, kalau udah tutup, ya harus nunggu besok," tambah Rini.
Malam di Kafe Warles itu mungkin tampak sederhana bagi sebagian orang, tapi bagi mereka yang hadir, malam ini menjadi salah satu momen yang tak terlupakan. Lagu sendu, hujan yang baru reda, dan cerita lapar karena kantin tutup adalah bagian kecil dari kehidupan di Batang Anai yang penuh warna.
Menunggu PagiHingga pukul 01.40 WIB, mereka masih bertahan. Entah menunggu rasa lapar mereda atau hanya ingin menikmati dinginnya malam, satu hal yang pasti: suasana Kafe Warles selalu punya cerita unik. Di tengah dingin dan sepi, ada hangatnya kebersamaan yang tak tergantikan
**tim
0 Komentar