![]() |
Kalapas Kelas IIA Padang, Sumatera Barat, Junaidi Risol Jumat 18 Juli 2025 |
Padang,Editor —Kalapas Kelas IIA Padang, Sumatera Barat, Junaidi Risol, menegaskan bahwa lembaga pemasyarakatan bukanlah tempat penghukuman semata, melainkan wadah pembinaan dan pemberdayaan narapidana (napi). Hal ini disampaikannya saat ditemui Media Beritaeditorial.com di halaman rumah dinas Kalapas, Jumat, 18 Juli 2025.
Dalam perbincangan tersebut, Junaidi Risol mengungkapkan keprihatinannya terhadap stigma negatif masyarakat terhadap napi yang telah menyelesaikan masa hukuman.
“Banyak napi yang sudah bebas, tapi sulit diterima kembali di masyarakat. Mereka diasingkan, padahal mereka ingin berubah dan memulai hidup baru,” jelasnya.
Sebagai upaya mengatasi hal tersebut, Lapas Kelas IIA Padang Sumatera Barat gencar menggelar berbagai pelatihan keterampilan bersertifikat yang dapat dimanfaatkan para warga binaan untuk membuka usaha atau bekerja setelah bebas nanti. Pelatihan ini merupakan bagian dari program kemandirian berbasis UKM (Usaha Kecil Menengah) yang terus dikembangkan di dalam lapas.
“Pelatihan yang kami lakukan bukan sekadar kegiatan mengisi waktu. Para napi kami latih secara profesional dan kami fasilitasi dengan pelatihan keterampilan bersertifikasi, seperti menjahit, membuat sandal, hingga memasak rendang khas Minang,” tutur Junaidi Risol
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa kegiatan pembinaan keterampilan saat ini semakin berkembang. Beberapa pelatihan baru yang sedang dijalankan dan akan ditingkatkan pada bulan Agustus 2025 ini antara lain:
Pelatihan Las (pengelasan)
Pelatihan memasak rendang dan kuliner khas daerah
Pembuatan furnitur seperti kursi dan sofa
Pelatihan keterampilan menjahit dan kerajinan tangan
Menurut Junaidi Risol pelatihan-pelatihan tersebut telah berjalan dengan baik dan diikuti oleh puluhan napi setiap harinya. “Mereka tidak hanya belajar, tapi juga menghasilkan produk. Ada yang sudah bisa menjahit pakaian, ada yang bisa mengelas, bahkan ada yang sudah jago membuat rendang dan makanan ringan,” katanya.
Junaidi Risol juga menegaskan bahwa seluruh kegiatan di lapas dilakukan secara terprogram, dengan memperhatikan kebutuhan dasar napi seperti makanan yang layak, tempat tidur yang memadai, serta pendampingan psikologis dan rohani.
“Kami tidak hanya mendidik keterampilan, tapi juga membina mental dan spiritual para napi. Karena tujuan akhirnya adalah mereka bisa kembali menjadi bagian dari masyarakat dengan percaya diri dan bermanfaat,” pungkasnya.
Melalui pendekatan ini, Kalapas Kelas IIA Padang berharap mampu mencetak mantan napi yang berdaya saing, siap kerja, dan mampu menjalani hidup yang lebih baik di luar jeruji. Pembinaan bukan hanya slogan, tetapi kenyataan yang terus dihidupkan demi masa depan yang lebih baik.
**Afridon
0 Komentar