![]() |
Amar Piliang, jurnalis sekaligus sahabat bagi banyak orang, akhirnya bebas murni Minggu 20 Juli 2025 pukul 12.00 Wib |
Padang.Editor - Sinar mentari pagi menyelinap pelan ke halaman Rutan Kelas IIB Padang, menyambut kebebasan seorang lelaki yang telah melewati delapan bulan masa sulit di balik jeruji. Amar Piliang, jurnalis sekaligus sahabat bagi banyak orang, akhirnya bebas murni setelah menjalani hukuman terkait kasus judi online yang menjeratnya sejak Jumat 21 November 2024.
Badan kurusnya dan kulit yang masih tampak terkena infeksi menjadi saksi bisu bagaimana hari-harinya diisi dengan air tak layak dari rawa-rawa yang mengalir ke kamar E2 rutan itu. Tapi, dengan senyum tipis, Amar berkata lirih, “Semua ini ada hikmahnya. Saya belajar banyak, tentang hidup, tentang manusia, dan tentang siapa sahabat sejati.”
Di balik pintu rutan, sahabat-sahabat lamanya sudah menunggu. Ketua PWI Padang Pariaman, Iklas Bakri, datang tak sendiri. Ia ditemani Sukra, Afridon, Rinaldi, dan Deni—rekan seperjuangan dalam dunia jurnalistik yang tak pernah lelah menyuarakan kebenaran. Kehadiran mereka bukan sekadar penjemputan; itu adalah bentuk penghormatan dan kasih sayang terhadap seorang sahabat yang pernah jatuh, tapi tak dibiarkan sendiri.
“Kita semua punya masa lalu, tapi yang penting adalah langkah ke depan,” ujar Iklas Bakri sembari merangkul Amar erat. “Kita tetap kompak. Yang melanggar hukum harus belajar. Tapi yang bertobat, harus kita rangkul.”
Setelah melewati gerbang rutan, rombongan menuju warung kopi Uniang Erni. Di sana, suasana penuh haru dan gelak tawa mewarnai pertemuan yang telah lama dirindukan. Amar duduk bersama sahabatnya, menyeruput kopi hitam hangat, dan mengulang kembali momen-momen debat Pilkada yang kala itu membuatnya sempat ‘hilang’ dari radar, sebelum akhirnya ditangkap di sebuah kafe di kawasan Hilogoo, Padang Barat.
Amar mungkin kehilangan delapan bulan kebebasannya, tapi tidak kehilangan sahabat. Ia kembali ke keluarganya di Padang Pariaman diantar oleh orang-orang yang percaya padanya. Di tengah suasana yang sederhana namun penuh makna, Amar memeluk semua, membawa satu pesan: bahwa bahkan di titik paling gelap sekalipun, akan selalu ada cahaya yang datang dari ketulusan.
**Afridon
0 Komentar