Mahyeldi Jinakkan Epyardi: Keakraban di Tengah Persaingan Politik

Momen unik terjadi ketika Bupati Solok, Epyardi Asda, bertemu langsung dengan Gubernur Sumatera Barat 


Tanah Datar, Editor – Momen unik terjadi ketika Bupati Solok, Epyardi Asda, bertemu langsung dengan Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi. Keduanya tampak saling sumringah dan sempat berfoto bersama memperagakan salam komando.


Pertemuan ini berlangsung di Indo Jalito, rumah dinas Bupati Tanah Datar, Eka Putra, pada Selasa sore, 14 Mei 2024. Kedua pemimpin bertemu di Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, dalam rangka rapat koordinasi penanggulangan bencana di Sumbar.


Sejuknya Pertemuan yang Dinantikan


Tidak ada ekspresi atau wajah masam baik dari Mahyeldi maupun Epyardi Asda saat keduanya bertemu. Justru sebaliknya, pertemuan ini berlangsung dengan suasana hangat dan penuh senyuman.


Bahkan, Mahyeldi berhasil ‘menjinakkan’ sang Kapten, Epyardi Asda, yang selama ini selalu berkoar-koar di media sosial dengan nada tinggi setiap kali melontarkan pernyataannya terhadap Gubernur Sumbar. Sejak kunjungan Safari Ramadan ke Kabupaten Solok, Epyardi Asda sering merasa tersinggung karena menganggap Mahyeldi tidak meminta izin kepada dirinya selaku penguasa wilayah.


Perubahan Sikap Epyardi Asda


Tidak hanya sampai di sana, Epyardi juga sempat mempertanyakan kapasitas Mahyeldi sebagai Gubernur Sumbar, meskipun pada akhirnya ia meralat ucapannya yang kadung melukai hati para pendukung sang Buya. Untuk melawan Mahyeldi, Epyardi bahkan memasang baliho dengan tagline ‘Otewe Sumbar’ yang tersebar di beberapa kawasan Sumbar.


Meski diserang dengan berbagai cara, Mahyeldi terlihat lebih adem dibandingkan Epyardi. Cacian, makian, hingga serangan terhadap personal ditanggapi santai oleh Mahyeldi, menunjukkan ketenangannya dalam menghadapi situasi panas.


Tanggapan Pengamat Politik


Menanggapi hal ini, pengamat politik dari Universitas Negeri Padang (UNP), Eka Vidya Putra, menilai keakraban Mahyeldi dan Epyardi sebagai tanda kedewasaan dalam berpolitik. "Berpolitik ialah berkompetisi, dan bukan berarti bermusuhan. Dalam kompetisi, para kandidat memanfaatkan kelemahan lawan dan mengedepankan kekuatan mereka," katanya.


Menurut Eka, senggol-menyenggol dalam pertarungan politik adalah hal biasa, namun bukan berarti tidak bersahabat, tidak berteman, atau tidak bertegur sapa. "Artinya, bagi saya itu (keakraban Mahyeldi dan Epyardi) hal yang biasa saja dalam politik, menunjukkan kedewasaan berpolitik. Lalu kemudian nantinya saling berkompetisi lagi, nyindir lagi itu hal yang biasa saja," kata pria yang juga Direktur Revolt Institute tersebut.


Kesimpulan


Pertemuan antara Mahyeldi dan Epyardi Asda di Tanah Datar menunjukkan bahwa di balik persaingan politik yang sengit, ada momen-momen di mana kedewasaan dan profesionalisme bisa mengesampingkan perbedaan. Pertemuan ini memberikan harapan akan kerjasama yang lebih baik di masa depan demi kemajuan Sumatera Barat.



**Afridon


Posting Komentar

0 Komentar