Lapas Pariaman: Overkapasitas, Kondisi Kondusif Tetap Terjaga


Kepala Lapas Klas II B Pariaman, Sumbar Effendi saat diwawancarai wartawan usai penyerahan surat keputusan remisi terhadap warga binaan di Pariaman,


Pariaman,Editor- Lapas Klas II B Pariaman, Sumatera Barat, menghadapi tantangan besar. Dengan kapasitas yang seharusnya hanya menampung 170 orang, jumlah penghuni di sana telah mencapai 576 orang, sebuah lonjakan kapasitas hingga 300 persen. Namun, meskipun penuh sesak, Kepala Lapas Pariaman, Effendi, tetap optimis bahwa kondisi ini tidak akan menghambat program pembinaan yang diterapkan Sabtu 17 Agustus 2024


"Saya bersyukur, meski penuh sesak, situasi di Lapas Pariaman tetap kondusif," ujar Effendi. Selama hampir tiga tahun memimpin Lapas Pariaman, Effendi telah menginisiasi perubahan besar dengan fokus pada pembinaan keagamaan. Dengan moto "Masuk Napi, Keluar Da’i", program ini mengubah wajah Lapas Pariaman menjadi lebih religius.


Program ini terlihat nyata dalam kehidupan sehari-hari para warga binaan. Masjid di dalam Lapas selalu dipenuhi oleh para narapidana yang rajin menunaikan salat. Bahkan, saat penyerahan surat keputusan remisi baru-baru ini, Effendi bangga menyatakan bahwa 100 persen dari 416 warga binaan yang diusulkan mendapatkan remisi, disetujui oleh pemerintah. Satu di antaranya langsung dinyatakan bebas.


Keberhasilan ini, menurut Effendi, tidak lepas dari budaya religius yang kuat di Pariaman dan sekitarnya. Masyarakat di daerah ini memiliki tradisi keagamaan yang kokoh, sehingga pendekatan melalui kegiatan spiritual di Lapas mendapat respons positif.


Namun, tantangan terbesar tetap ada: overkapasitas. Sebagian besar warga binaan di Lapas Pariaman terkait dengan kasus narkoba. Meskipun demikian, Effendi tidak melihat solusi semata-mata dengan membangun Lapas atau Rumah Tahanan (Rutan) baru. "Bisa jadi Lapas dan Rutan baru tersebut juga penuh, mengingat tingginya angka kriminalitas di Indonesia," ungkapnya.


Menanggapi situasi ini, Penjabat Walikota Pariaman, Roberia, yang juga Direktur Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, mengakui bahwa overkapasitas bukan hanya masalah di Pariaman, tetapi di seluruh Indonesia. Namun, ia mengapresiasi Lapas Pariaman yang telah sukses menjalankan program keagamaan, yang tidak hanya berdampak pada perubahan perilaku warga binaan tetapi juga memberikan ruang spiritual bagi mereka untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.


Di setiap dinding Lapas, terpampang tulisan motivasi yang mengajak para narapidana untuk terus berintrospeksi dan memperbaiki diri. Di balik jeruji besi, ada harapan baru yang tumbuh. Lapas Pariaman, dengan segala keterbatasannya, bukan hanya menjadi tempat hukuman, tetapi juga pusat transformasi dan pembinaan spiritual.


Tantangan mungkin ada, tetapi Effendi dan timnya telah membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, bahkan dalam kondisi sulit sekalipun, perubahan positif tetap bisa terjadi



**Afridon.


Posting Komentar

0 Komentar