![]() |
| "Pondok Lompong Sagu Ersa”. |
Padang Pariaman, Editor—Di tepi jalan Tiram, Padang Pariaman, Minggu (9/11/2025), aroma harum daun pisang yang dikukus menyeruak dari sebuah pondok sederhana bertuliskan “Pondok Lompong Sagu Ersa”. Di balik dapur kecil itu, Ersa seorang janda berhijab besar dengan senyum hangat sibuk menata loyang dan adonan sagu buatan tangannya.
Ibu sepuluh anak ini dulu penerima bantuan PKH. Namun kini, setelah usahanya9 berkembang, ia tak lagi masuk kategori penerima bantuan sosial. “Sekarang sudah bisa mandiri, alhamdulillah. Rezeki dari lompong sagu ini cukup buat anak-anak,” ujar Ersa sambil tersenyum.
![]() |
| Pondok sederhana bertuliskan “Pondok Lompong Sagu Ersa” |
Lompong sagu buatannya terkenal lembut dan kenyal pas. Isian gula merahnya melimpah, berpadu dengan parutan kelapa yang gurih, dibungkus daun pisang dan dikukus hingga wangi menggoda. Salah satu pelanggan setianya, Zal dari Kampung Dalam, mengaku selalu kembali karena cita rasanya yang khas.
“Manisnya pas, lembut, dan wangi daun pisangnya bikin nagih. Rasanya beda dari yang lain,” katanya.
![]() |
| Pondok sederhana bertuliskan “Pondok Lompong Sagu Ersa” |
Kini, Pondok Lompong Sagu Ersa tak hanya menjadi tempat jajan, tapi juga simbol semangat perempuan tangguh yang bangkit dari keterbatasan. Dari dapur sederhana, Ersa membuktikan bahwa kelezatan tradisi bisa mengubah nasib.
Rasa gurih, manis, dan harum menyatu jadi nostalgia cita rasa Minang yang tak lekang oleh waktu.
**Afridon



.jpg)
0 Komentar