Rosa, Perempuan Mentawai Suarakan Harapan untuk Perbaikan Kehidupan di Pedalaman

 

Rosa, seorang perempuan asal Dusun Buttui, Desa Madobag, Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai,  rabu 10.Septeber 2025 Pukul.20.30.Wib

Mentawai, Editor— Rosa, seorang perempuan asal Dusun Buttui, Desa Madobag, Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, angkat suara soal kondisi kehidupan masyarakat di pedalaman. Dalam keterangannya, ia menyampaikan realitas yang dihadapi warga sekaligus menyuarakan harapan agar ada perhatian lebih dari pemerintah.Rabu 10 September 2025 


“Di sini kami hidup sederhana, masih banyak bergantung pada ladang, sungai, dan hutan. Akses jalan sulit, transportasi hanya perahu dan jalan kaki, kalau hujan kami sering terisolasi,” ujar Rosa.

Ia juga menyoroti keterbatasan layanan kesehatan. “Kalau ada yang sakit berat, harus dibawa dengan perahu ke Muara Siberut. Itu bisa makan waktu berjam-jam. Kami berharap puskesmas pembantu di kampung lebih dilengkapi,” pinta Rosa



.Tak hanya itu, Rosa mengungkapkan kondisi pendidikan yang masih terbatas. SMA dan SMK berada jauh di luar dusun. “Anak-anak kami harus pergi ke Maileppet atau Muara Siberut. Banyak yang akhirnya putus sekolah karena jarak dan biaya,” jelasnya.

Dalam aspek sosial-budaya, Rosa tetap bangga dengan tradisi Mentawai, termasuk adat perkawinan, tato, serta peran sikerei. Namun ia berharap tradisi bisa berjalan seiring dengan kemajuan zaman. “Kami ingin budaya tetap hidup, tapi juga ingin listrik, jalan, dan sekolah yang lebih baik untuk anak-anak,” katanya.

Rosa menegaskan bahwa masyarakat Mentawai bukan hanya ingin dilihat sebagai destinasi wisata, tapi juga sebagai warga negara yang berhak mendapatkan pelayanan dasar. “Wisata memang berkembang, tapi jangan lupa kehidupan kami sehari-hari. Kami butuh perhatian nyata,” tegas Rosa.

Suara Rosa mencerminkan aspirasi banyak warga pedalaman Mentawai yang masih berjuang dengan keterbatasan. Harapan itu kini menunggu jawaban dari pemerintah daerah maupun pusat, agar pembangunan benar-benar menyentuh akar kehidupan masyarakat di pulau terluar Sumatera tersebut.


**Afridon


Posting Komentar

0 Komentar