Riza Chalid: Dari Saudagar Minyak Jadi Buron Rp285 Triliun

 

 Mohammad Riza Chalid 65 tahun

Jakarta.Editor – Nama Mohammad Riza Chalid, yang lebih dikenal sebagai Riza Chalid atau “The Gasoline Godfather”, kembali menjadi sorotan publik setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang di Pertamina Subholding dan KKKS periode 2018–2023. Kejaksaan Agung menyebut kerugian negara akibat praktik tersebut mencapai Rp285 triliun, menjadikannya salah satu skandal korupsi terbesar dalam sejarah Indonesia.

Pria kelahiran Jakarta tahun 1960 ini berasal dari keluarga Arab-Hadramaut (Yaman) yang telah lama bermukim di Indonesia. Ia membangun gurita bisnis sejak muda, mulai dari energi, pendidikan, hingga hiburan. Julukan “Saudagar Minyak” melekat padanya karena dominasi di bisnis impor minyak melalui jaringan perusahaan, termasuk Global Energy Resources yang memasok ke Petral (Pertamina Energy Trading Ltd.).

Selain mengendalikan sejumlah perusahaan energi di Singapura dan British Virgin Islands, Riza Chalid juga memiliki bisnis lain di Indonesia: KidZania, Al Jabr International Islamic School di Jakarta Selatan, saham di AirAsia Indonesia, hingga sektor perkebunan sawit dan ritel.

Namun, karier bisnisnya dibayangi kontroversi. Namanya pernah mencuat dalam kasus “Papa Minta Saham” bersama Setya Novanto pada 2015. Kini, selain kasus korupsi minyak, ia juga ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana pencucian uang (TPPU).

Kehidupan pribadinya pun tak lepas dari sorotan. Ia menikah dengan Roestriana Adrianti pada 1985 dan dikaruniai dua anak, sebelum bercerai pada 2012. Anak sulungnya, Muhammad Kerry Adrianto, bahkan ikut terseret kasus korupsi Pertamina.

Saat ini, Kejaksaan Agung menyatakan Riza Chalid berada di luar negeri, diduga di Malaysia. Pemerintah Indonesia telah mencabut paspornya. Statusnya sebagai buronan internasional semakin menegaskan betapa kuat sekaligus kontroversial sosok ini dalam sejarah bisnis dan hukum Indonesia.

Riza Chalid, dari penguasa bisnis minyak hingga buron skandal Rp285 triliun, adalah cermin gelapnya hubungan antara bisnis, politik, dan hukum di Indonesia.


**Afridon


Posting Komentar

0 Komentar