Perang Senyap di Kota Padang : Di Balik Seragam, Ada Harapan

Kasat Narkoba  AKP Martadius, SH, MH,

Padang,Editor— Tak ada suara tembakan. Tak ada dentuman granat. Tapi perang itu nyata. Ia mengendap dalam lorong-lorong kota, menyelinap di sela aktivitas warga, menggerogoti perlahan: narkoba.

Di tengah geliat pembangunan Kota Padang, satu front pertempuran yang paling sunyi sedang berlangsung. Perang melawan narkoba musuh tak kasat mata yang merenggut generasi, menghancurkan keluarga, dan menggerus nilai luhur budaya Minangkabau.

Di sebuah ruang sederhana di Mapolresta Padang, AKP Martadius, SH, MH, duduk tegak. Sosok perwira yang berasal dari Pesisir Selatan ini bukan hanya polisi, tapi juga saksi jatuh bangunnya masyarakat akibat candu narkoba.

“Bayangkan,” ucapnya sambil menarik napas panjang, “seorang anak tega membakar rumah orang tuanya hanya karena tak diberi uang untuk beli narkoba.”

Ia terdiam sejenak. Di balik matanya yang tajam, tersimpan kepedihan yang sulit dibungkam.

Kampung Gaung, Titik Awal Gerak Cepat

Di bawah kepemimpinan Martadius, Satuan Reserse Narkoba Polresta Padang bergerak berani. Salah satu operasi besar dilakukan di Kampung Gaung, Kecamatan Lubuk Begalung—wilayah yang kerap dicap sebagai “zona merah” narkoba.

“Kami gerebek kampung narkoba. Pelaku kami tangkap, barang bukti kami sita. Ini bukan gertakan. Ini bukti keseriusan,” tegas Martadius.

Namun baginya, perang ini bukan sekadar soal penangkapan. “Yang kami lawan bukan hanya pelaku, tapi juga sistem, lingkungan, dan keputusasaan,” katanya.

Jundul Rawang: Dari Stigma Menjadi Harapan

Dari hasil evaluasi dan refleksi, lahirlah sebuah langkah baru: Kampung Narkoba Jundul Rawang sebuah kawasan yang bertransformasi dari titik hitam menjadi pusat rehabilitasi berbasis masyarakat.

“Di sana, eks pengguna kami latih bertani, menjahit, dan pelatihan lainnya. Kami ingin mereka bangkit, bukan dikucilkan,” ujarnya.

Yang menarik, program ini tidak berdiri sendiri. Seluruh elemen masyarakat dilibatkan Lurah, LPM, tokoh masyarakat, bahkan Bundo Kanduang. “Ini bukan proyek polisi semata. Ini gerakan kolektif. Karena narkoba tidak bisa dilawan sendirian,” tegasnya.

Bersih dari Dalam

Lebih mengejutkan, langkah pembersihan juga menyasar institusi internal. Delapan anggota Polresta Padang dipecat secara tidak hormat karena terlibat narkoba

“Kami tak pandang bulu. Pembersihan dimulai dari dalam,” ungkap Martadius tegas.

Tren Menurun, Tapi Perang Belum Usai

Data menunjukkan lonjakan kasus narkoba pada 2023 hingga awal 2024. Namun setelah berbagai operasi dan pendekatan sosial, tren itu mulai menurun pada 2025. Meski demikian, Martadius tak ingin lengah. “Narkoba masih jadi pemicu utama tawuran remaja. Kami harus tetap siaga,” ujarnya.

Panggilan untuk Ninik Mamak dan Bundo Kanduang

Martadius menutup dengan ajakan menyentuh “Ini bukan hanya tugas polisi. Ninik mamak, Bundo Kanduang, mari awasi anak kemenakan kita. Budaya Minang yang kuat bisa jadi benteng pertama melawan narkoba.”

Di medan yang sunyi ini, aparat dan masyarakat bergandengan tangan. Tak ada senjata laras panjang, tapi ada tekad dan cinta terhadap generasi. Sebab perang melawan narkoba adalah perang menyelamatkan masa depan.


 ** Afridon


Posting Komentar

0 Komentar