Kehangatan di Balik Tembok Potret Kemanusiaan dan Ketegasan di Lapas Kelas IIB Pariaman

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Pariaman Sabtu 26 Juli 2025 pukul 10.55 Wib

Pariaman, Editor —Di balik tembok tinggi dan kawat berduri Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Pariaman, terdapat potret kehidupan yang tidak hanya diwarnai penegakan hukum, tetapi juga sentuhan kemanusiaan dan semangat pelayanan publik yang membumi. Sabtu 26 Juli 2025

Lapas yang kini dipimpin oleh Sahduriman, A.Md.IP, S.Sos., M.Si., tampak hidup sejak pagi. Di area parkir yang tertata rapi, kendaraan bermotor berjajar di sisi kanan kiri. Di bawah pepohonan rindang, terlihat mobil-mobil mewah milik keluarga pengunjung maupun tamu, terparkir sejajar dengan kendaraan petugas. Satu mobil Panther BA 1087 W yang biasa digunakan Kepala Lapas terparkir teduh di garasi rumah dinas—tanda kesederhanaan sang pemimpin.

Namun bukan hanya suasana parkir yang mencuri perhatian. Aroma khas sate yang dibakar oleh seorang gadis muda hari ini anak bujang  (Arial ) Masih Kuliah  pakai kaca mata  , menusuk hidung siapa pun yang lewat. Sate ayam dan sapi disajikan hangat dengan kuah  kental yang gurih. Sang pedagang, dengan keramahan khas Minang, melayani pelanggan mayoritas ibu-ibu yang sedang menunggu waktu besuk.

“Ibu-ibu senang di sini, anak-anak juga tenang. Makanannya enak, suasananya bersih,” ujar  Fuji  (40), warga kampung lalang sembari menyuapi anaknya yang masih kecil di bangku kayu

Tak jauh dari lokasi itu, berdiri sebuah kantin sederhana milik seorang pensiunan sipir yang akrab disapa "Kep". Kantin ini jadi tempat berkumpul para pegawai dan tukang ojek yang setia menanti pengunjung. Sembari minum kopi, mereka berdiskusi ringan, berbagi kabar, dan bersenda gurau.

Di tengah suasana hangat itu, terlihat petugas Lapas mengenakan seragam olahraga, santai namun tetap disiplin. Mereka tak segan ikut mengantre sate bersama warga, menciptakan suasana akrab tanpa sekat. “Kami ingin warga merasa Lapas bukan tempat yang menakutkan, tapi tempat pembinaan,” ujar salah satu petugas yang menyapa ramah.

Tak kalah penting, nilai-nilai integritas terpatri kuat di lingkungan ini. Di setiap sudut Lapas, terpasang baliho dan papan informasi bertuliskan ajakan tegas: "Stop Gratifikasi! Lihat, Lawan, Laporkan!" serta "Selamat Datang di Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM)."

Papan-papan ini bukan sekadar simbol. Bagi keluarga warga binaan, seperti Ibu Fuji yang tengah menunggu hasil sidang anaknya yang terjerat kasus asusila, komitmen ini terasa nyata.

“Selama saya bolak-balik ke sini, tak pernah dimintai uang. Semua ramah. Saya hanya ingin anak saya, Aditia, kamar A1  bisa menjalani hukum dengan baik, diberi pembinaan yang benar,” tuturnya lirih, sambil menyeka air mata.

Suasana di Lapas Kelas IIB Pariaman hari itu menjadi potret kecil bagaimana institusi pemasyarakatan bisa menjadi ruang pembinaan dan rekonsiliasi. Di bawah kepemimpinan Sahduriman, bukan hanya penegakan hukum yang ditegakkan, tapi juga sentuhan hati kepada mereka yang tengah berjuang menjalani masa hukuman dan kepada keluarga yang berharap ada harapan di balik jeruji.

Di tengah riuh kehidupan kota, Lapas ini menawarkan oase ketenangan dan harapan. Tempat di mana hukum ditegakkan, dan kemanusiaan tetap dijunjung. Sebuah wajah lain dari pemasyarakatan di Kota Tabuik yang layak diapresiasi.


**Afridon

Posting Komentar

0 Komentar