![]() |
Michat. Minggu 6 Juli 2025 |
Padang.Editor- Di balik keindahan alam dan budaya yang melekat pada Kota Padang, Sumatera Barat, terdapat wajah lain yang luput dari sorotan. Tepat pukul 16.05 WIB, di kawasan Marapalam hingga Jalan Dobi belakang Tangsi, geliat aktivitas layanan terselubung bermodus aplikasi kencan seperti Michat terus bergerak. Minggu 6 juli 2025
Tarifnya tak membuat kantong jebol. Perempuan muda, bersih, dan berparas cantik—usia sekitar 26 tahun—bisa ditemui hanya dengan biaya Rp300 ribu untuk durasi 60 menit. Bagi sebagian lelaki hidung belang, ini adalah “surga murah” yang membuat mereka betah di kota ini.
Aplikasi yang semula ditujukan untuk komunikasi sosial, kini justru dimanfaatkan menjadi pintu masuk dunia prostitusi digital. Meski pihak Satpol PP Kota Padang telah melakukan berbagai operasi, praktik ini terus menjamur.
“Kami sering patroli, tapi mereka pintar. Lokasi cepat berpindah, pelanggan dan penyedia jasa sudah saling terhubung lewat aplikasi,” ungkap salah satu petugas Satpol PP yang enggan disebut namanya.
Fenomena ini menunjukkan pergeseran pola praktik prostitusi dari jalanan ke ranah digital. Lokasi seperti simpang Kinol, Marapalam, dan Jalan Dobi menjadi titik panas yang selalu ramai, namun sulit dijerat hukum.
Pemerintah Kota Padang sejauh ini terus berupaya meminimalkan aktivitas ini dengan operasi rutin dan pengawasan berbasis teknologi. Namun, keterbatasan kewenangan dan canggihnya pola komunikasi membuat tantangan kian kompleks.
“Ini bukan hanya soal penegakan hukum, tapi juga persoalan sosial, ekonomi, dan moral. Perlu pendekatan lintas sektor,” kata seorang aktivis perempuan di Padang.
Masyarakat berharap pemerintah tidak sekadar melakukan razia, namun juga memberikan edukasi dan solusi, terutama bagi perempuan muda yang terlibat, agar tidak terjerat lebih dalam dalam lingkaran prostitusi digital
**tim
0 Komentar