BBM Bersubsidi Menguap di Mentawai: Dugaan Permainan Oknum di Balik Kelangkaan


Di tengah gemuruh ombak dan pesona wisata yang membius mata, kepulauan Mentawai menyimpan kegelisahan di daratan. Warga di Km 2 Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai

Tuapejat, Editor— Di tengah gemuruh ombak dan pesona wisata yang membius mata, kepulauan Mentawai menyimpan kegelisahan di daratan. Warga di Km 2 Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, kini harus rela mengantre panjang demi setetes bahan bakar. SPBU Sumber Alam Sejahtera, satu-satunya harapan banyak masyarakat di wilayah itu, tengah menjadi sorotan tajam. Bukan karena layanannya yang memuaskan, tetapi karena puluhan ton BBM bersubsidi yang raib tanpa jejak.

Dalam sehari, solar dan pertalite yang seharusnya menyokong aktivitas warga dan pelayanan publik, mendadak langka. Kendaraan antre berjam-jam, layanan transportasi tersendat, hingga para ASN pun terpaksa berbaur di antrean, berharap masih kebagian bahan bakar hari itu. Namun yang mengejutkan, di balik kelangkaan tersebut, sejumlah resort wisata justru tetap beroperasi normal dengan suplai BBM lancar.

“Ini bukan lagi kelalaian. Ada dugaan kuat ini adalah permainan. Bagaimana bisa puluhan ton hilang dalam satu hari?” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Bisnis Gelap di Balik Jeriken

Tim media mengendus indikasi adanya pengalihan distribusi BBM ke sektor komersial secara diam-diam. Proses penyalurannya diduga dilakukan tanpa pengawasan ketat dan di luar prosedur resmi. Lebih ironis, informasi lapangan menyebutkan bahwa sejumlah kendaraan tak dikenal rutin mengangkut jeriken-jeriken penuh BBM ke arah penginapan eksklusif di pesisir Mentawai.

Manajer SPBU Sumber Alam Sejahtera, Suheri Siregar, dalam klarifikasinya menyangkal keras dugaan tersebut. “Kami hanya menyalurkan sesuai prosedur, dengan surat rekomendasi resmi,” ujarnya.

Namun bagi warga, bantahan itu tak cukup. “Setiap kali pertalite datang, hanya dalam hitungan jam sudah habis. Padahal kendaraan warga belum separuh yang terisi. Ini tidak masuk akal,” kata seorang tokoh masyarakat setempat.

Desakan Investigasi

Desakan publik pun menguat. Warga, tokoh adat, hingga ASN meminta aparat penegak hukum dan Pertamina segera turun tangan. Mereka menuntut audit menyeluruh, investigasi lapangan, dan sanksi tegas terhadap pihak yang terbukti menyelewengkan hak masyarakat kecil.

“Jangan sampai BBM bersubsidi yang dibayar dengan uang rakyat justru dipakai menghidupkan bisnis para elite,” tegas warga lainnya.

Mentawai, yang selama ini dikenal lewat ombaknya yang memikat peselancar dunia, kini menyimpan badai lain — badai kepercayaan. Dan hingga aparat bertindak, antrean panjang dan jeriken kosong mungkin akan terus menjadi potret keseharian masyarakat di pulau terluar ini.


**tim


Posting Komentar

0 Komentar