![]() |
Hotman Paris (66 ) |
Jakarta.Editor- Di balik gemerlap Lamborghini, cincin berlian, dan kopi pagi di warung hits Jakarta, ada kisah seorang anak kampung dari Laguboti, Toba, Sumatera Utara, yang menembus panggung hukum internasional. Namanya Hotman Paris Hutapea — publik lebih mengenalnya sebagai “Abang Lamborghini” sekaligus “Raja Kopi Johny”.
Anak Petani Sederhana
Hotman lahir pada 20 Oktober 1959 di Laguboti, dari keluarga sederhana. Ayahnya, Tapan Hutapea, seorang petani, dan ibunya, Boru Silalahi, seorang ibu rumah tangga, menanamkan nilai kerja keras serta pentingnya pendidikan. Dari sepuluh bersaudara, Hotman adalah anak keenam, tumbuh dalam kehidupan pas-pasan namun penuh semangat berkompetisi.
Perjalanan Pendidikan
Sejak SD hingga SMP, ia menempuh pendidikan di kampung halaman. Namun, jalannya berubah ketika melanjutkan SMA ke Jakarta, di kawasan Tanjung Priok.
Selepas SMA, ia menembus Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Dari sana, ia mulai merajut mimpi besar.
Tidak berhenti di Indonesia, Hotman melanjutkan kuliah ke University of Technology, Sydney, Australia, meraih gelar LL.M. (Master of Law) pada 1990. Langkah ini kelak membawanya dikenal sebagai pengacara dengan standar internasional.
Magang di O.C. Kaligis: Titik Awal
Tahun 1980-an, Hotman muda memulai karier dari bawah sebagai magang di kantor hukum O.C. Kaligis, salah satu firma paling bergengsi kala itu. Dari meja kecil tempatnya mengetik draf perjanjian, ia belajar keras tentang hukum bisnis dan korporasi.
Tak lama berselang, kecerdasannya membuat ia dilibatkan dalam kasus-kasus besar bernilai miliaran rupiah.
Firma Sendiri & Julukan “Pengacara 30 Miliar”
Sekembalinya dari Australia, Hotman mendirikan Hotman Paris & Partners. Firma ini menjelma sebagai salah satu yang paling diperhitungkan di Indonesia, khususnya dalam kasus bisnis dan korporasi bernilai triliunan.
Namanya melejit dengan julukan “Pengacara 30 Miliar”, merujuk pada tarif fantastis jasanya. Ia menjadi pengacara langganan para konglomerat, artis papan atas, hingga perusahaan internasional.
Gaya Hidup & Popularitas
Di luar ruang sidang, Hotman dikenal flamboyan. Lamborghini, Ferrari, hingga cincin berlian besar jadi ciri khasnya. Namun, sisi lain dirinya justru sederhana: ia lebih suka berkantor di warung Kopi Johny, Kelapa Gading, sambil menerima curhat hukum masyarakat kecil. Dari situlah lahir sebutan “Raja Kopi Johny”.
Media sosial mempertebal pesonanya. Dari Instagram hingga YouTube, Hotman kerap tampil dengan gaya ceplas-ceplos, memadukan kesan glamor dengan humor khas Batak.
Keluarga, Sumber Kekuatan
Meski sibuk, keluarga tetap jadi fondasi. Hotman menikah dengan Agustianne Marpaung, dan memiliki tiga anak:
Frank Hutapea, pengacara muda penerus jejak sang ayah.
Felicia Hutapea, wirausahawan sekaligus content creator.
Fritz Hutapea, aktif di bidang properti.
Adiknya, Duma Hutapea (Duma Paris), juga mengikuti jejak di dunia hukum dan bisnis.
Dari Toba ke Panggung Dunia
Perjalanan Hotman Paris adalah gambaran nyata transformasi dari anak petani sederhana menjadi figur publik fenomenal. Ia membuktikan bahwa pendidikan, kerja keras, dan sedikit gaya flamboyan bisa mengantar seseorang dari desa kecil di Toba ke panggung hukum dunia.
Kini, di usia 66 tahun, Hotman bukan hanya pengacara, tapi juga ikon budaya populer Indonesia — penghubung antara ruang sidang elite dengan meja kopi rakyat biasa
**Afridon
0 Komentar