Ketika Ekskavator Pulang Tanpa Tersangka: Luka Bumi Ranah Minang"

Di ranah Minang tanah bersendi,Hukum dijunjung sejak dulu kali.Kini getar bumi terasa ngeri,Alat tambang pulang tanpa saksi.

Gunung teriris, sungai menghitam,Hutan menangis, tanah tenggelam.Namun ekskavator dibebas diam-diam,

Tanpa tersangka, tanpa salam.Tiga alat berat, lima mobil kuat,Dikembalikan tanpa penat.Kapolres diam di balik sekat,Hukum seolah hilang semangat.

Syamsul Bader bersuara lantang,"Ini pembiaran, bukan sembarang!"Barang bukti bisa jadi senjata perang,Luka alam makin mendang-mendang.

Kapolda pun jawab tak tegas,"Silakan ke bawah, jangan ke atas."Rakyat kecewa, suara memelas,Keadilan kini terasa bias.

Apakah ini kolusi nyata?Aparat dan pelaku saling jaga? Ataukah hukum hanya cerita lama,Tajam ke bawah, tumpul ke raja?

Rakyat berseru di tengah gelap,Menuntut terang, bukan muslihat.Bumi rusak bukan hal sekejap,Jangan biarkan kebenaran lenyap.

Jika hukum mulai dikompromi,Kepercayaan rakyat pun mati.Polda Sumbar, tunjukkan jati diri, Agar negeri tak terus menangisi

**..